Friday, November 10, 2006

"Memaafkan Bush"


Kadang emosi kita meluap-luap tak tertahankan melihat peristiwa di dunia. Berita politik dan kriminal yang ditayangkan di berbagai media seperti seorang ayah memperkosa anak kandungnya, seorang anak tega membunuh orang tuanya sendiri, sekelompok orang merampok dan membunuh korbannya dengan sadis, konflik perang di Irak, Palestina, Semenanjung Korea dan Afghanistan. "Mengapa hal itu terjadi?". Bagaimana ajaran agama yang mereka pegang. Apakah mereka tidak punya rasa kasih mengasihi. Bukankah semua ajaran agama mengajarkan agar manusia menjadi makhluk yang berbudi luhur, berakhlak mulia. Peperangan dengan latar belakang agama saat ini sedang menjadi sorotan dunia. Walaupun para politisi dunia menyatakan perang ini untuk melawan teroris, tetapi kita dapat melihat dan membaca serta merasakan sepertinya mereka berperang untuk menghancurkan umat tertentu.
Amerika sejak runtuhnya Gedung WTC secara ofensif memburu sekelompok orang yang dinyatakan teroris dunia. Selama kurang lebih 5 tahun mereka memeranginya. Untuk kedua belah pihak "Sudah berapakah manusia-manusia yang terbunuh?".
Partai republik kalah. Paratai Demokrat memenangkan pemilihan umum. Tampaknya Bush akan tergantikan oleh kandidat dari Parati Demokrat. Apabila kita mengenag sepak terjang Bush selama 2 periode kepemimpinannya sudah terlalu banyak ketegangan-ketegangan yang dibuatnya. Mulai dari perang melawan teroris Al Qaeda di Afghanistan, perang Irak, hingga konflik dengan Korea Utara.
Dan bila seandainya bush tidak menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat lagi apakah dunia akan memburunya sebagai penjahat perang seperti yang dilakukannya pada Saddam Husein. Saddam Husein minggu kemarin divonis hukuman mati dalam putusan pengadilan di Baghdad. Apa komentar Saddam Husein terhadap pengikutnya Partai Baath. Ia menyerukan pada pendukungnya untuk memafkan mereka. Malahan Ia menganjurkan untuk rekonsiliasi dengan pemerintah yang berkuasa saat ini.
Saddam Husein mampu berjiwa besar untuk dapat memaafkan lawan politiknya. Hal yang sama terjadi pula pada tokoh pemimpin Afrika Selatan Nelsson Mandella. Ia memafkan juga lawan politiknya yang telah memenjarakan dirinya hampir sepanjang hidupnya.
Sekarang untuk kita semua, apakah kita dapat berjiwa besar seperti tokoh-tokoh pemimpin dunia itu "Memaafkan Bush".